Selasa, 04 Februari 2014

Surat Kecil Untuk Tuan

Untuk Dausgonia.

Sebelumnya, izinkan saya memperkenalkan diri, karena tak kenal maka tak “wawuh". Klo tak  “wawuh” maka tak “heureuy”.

Perkenalkan nama saya Bani Sya’ban Nur Kholiq, panggil saja Bani. Bukan apa-apa soalnya Kholiq ialah nama dari ayah saya, jadi saya membiasakan orang-orang memanggil saya Bani, takut sewaktu-waktu main ke rumah dan malah jadi lebih akrab sama ayah saya.

Oiyah saya memiliki akun twitter @baniholic. Kalo berkenan mungkin kak Daus bisa mengingat-ingat suatu malam dimana kak Daus mention saya yang isinya saya tidak mengerti, namun setelah ditelusuri ternyata kak Daus saat itu sedang mencari sprei bermotif Jerapah. Entahlah apa yang salah dengan jari kakak saat itu sehingga kakak salah mention yang harusnya tertuju pada tukang sprei. PFfft…

Tapi tenang kak, disini saya tidak akan curhat bagaimana perasaan saya setelah secara tidak sengaja kak Daus samakan saya dengan tukang sprei. Saya disini hanya ingin menyapa kakak sekaligus menyelesaikan tantangan dari #30HariMenulisSuratCinta yang kebetulan hari ini temanya ialah “Untuk Selebtweet”.

Iya bagi saya kakak ini ialah seorang selebtuwit. Karena apa? Karena keliatannya sih seperti itu. Klo keliatannya seperti  pohon maka itu mah tumbuh-tumbuhan namanya.

Ini juga kali kedua bagi saya untuk menulis surat yang ditujukan kepada seorang pria. Karena seingat saya terakhir mengirim surat untuk pria itu saat SD dulu, untuk si Amri. Itupun karena tugas dari guru bahasa Indonesia.

Saya sebetulnya geli untuk main surat-suratan sama cowok. Apalagi ini temanya “menulis surat cinta”, ya semoga saja ini tidak menimbulkan fitnah bagi kita berdua.

Disini juga saya mau mengucapkan terimakasih buat kakak yang telah menginspirasi saya untuk sering ngobrol sama gagang pintu, mejik jar, termos, lemari, kipas angin, dan segala perabotan di rumah saya. Dari kakak juga saya bisa belajar mengambil foto dengan teknik “Kamera Mata”. Terus satu hal lagi, saat kak Daus berubah puitis itu juga yang memicu saya untuk belajar bersyair. Iya minimal suatu saat saya bisa menjadi penyair lauk seperti yang kak Daus plesetkan.

Kalo kak Daus tidak sedang sibuk melamun atau menggambar pinguin bawah tanah, boleh kapan-kapan membalas surat saya ini. Semoga berkenan.

Sekian dulu dari saya.
Sebagai bonus, saya tutup surat ini dengan pantun penutup surat yang trendi di era 90an.
“Buah Jeruk, Buah Delima. Tulisan Buruk, Jangan Dihina.”
“Empat kali empat sama dengan enam belas. Sempat tidak sempat semoga berbalas.”

dan ini juga satu lagi deh bonusnya, demi gak dibilang "no pict hoax" saya gali-gali deh mention kakak waktu itu.

insiden sprei jerapah


Oke sekian dulu ya kak.
Salam kenal.
Bani S Nur Kholiq

*Yang ingin tau lebih banyak lagi soal dausgonia bisa cek twitternya @dausgonia atau main ke dausgonia.co

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Jejak