Minggu, 09 Februari 2014

Aku Seorang Pembunuh

Semalam kau datang lagi.
Bahkan kali ini dengan begitu berani, kau mendatangiku seorang diri.
Dimanakah kawan-kawanmu yang biasanya kau bawa serta untuk menyerangku seperti biasanya?
Ataukah memang kau sudah cukup kuat untuk menghadapiku?
Asal engkau tahu, aku tak akan mengurangi kewaspadaanku sedikitpun terhadapmu.

Tujuh malam sudah kau terus mengincarku dengan anggota kelompokmu yang terus berganti.
Aku tak tahu apa yang mendasarimu sehingga kini tampak begitu percaya diri.
Mungkinkah karena engkau kini mengetahui titik-titik kelemahanku?
Atau dendammu padaku sudah begitu memuncak, karena banyak kerabatmu yang sudah kubuat menemui ajalnya?

Sorot matamu saat ini tampak penuh tekad untuk segera menusukkan senjatamu.
Dari kepalan tanganmu nampaknya kau sudah sangat tak sabar untuk memercikan darah-darah keluar dari tubuhku.
Kakimu tak bergetar sedikitpun meski aku menggertakmu dengan suara yang  lantang.
Sekali lagi aku peringatkan, “Mundurlah sekarang atau nyawamu pun berakhir di tanganku!!!”

Baiklah jika itu pilihanmu, rupanya kau tak mengerti sedikitpun belas kasihan dariku.

PLOK..!
PLOKK.!
PLOKKK!!!

Ternyata kau memang berbeda dibandingkan teman-temanmu yang bisa kubunuh hanya dalam satu tepukan saja.

Aku seorang pria yang membunuh seekor nyamuk dengan tiga tepukan tangan.

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Jejak