Senin, 05 Mei 2014

Tepukan Magis Si Bos Sayur

Siang itu, hiduplah seorang lelaki seperti biasanya. Panasnya udara Bandung beserta bisingnya kendaraan bermotor di tengah kemacetan membuat pria itu ingin sekali membuka pakaiannya lalu ikut panjat pinang, sayangnya hari itu sedang tidak ada 17 Agustusan karena memang bukan bulang Agustus,  sehingga menyebabkan pria itu hanya bisa bersabar.

Pria tersebut tidak lain adalah aku yang menceritakan kisah ini sekarang. Juga aku yang barangkali pernah mencintai kamu, atau suatu saat nanti bisa saja akan mencintaimu dan mengajakmu hidup bersama selamanya, ya atur-atur aja asalkan kamu itu wanita dan kita cocok serta Tuhan takdirkan pastinya.

Kembali pada siang itu, sebuah siang dimana aku baru saja pulang dari kerja serabutanku, tak usah aku ceritakan aku kerja apa, karena itu tak akan membuat gajiku naik. Aku sedang dibuat kesal oleh kemacetan dan tentunya membuat aku ingin segera sampai ke rumah untuk segera tiduran di ubin dan mendinginkan suhu badan serta isi kepalaku yang mulai kepanasan.

Tapi sesampainya di rumah, henponku berdering dan rupanya ada sms dari Mamahku. Isinya begini,
“Ban, mamah lagi nganter dulu nenek ke bank ngambil uang pensiunannya kakek, kunci rumah dibawa mamah, kamu tunggu aja dulu di rumahnya nenek.”

Aku jadi berpikir perempuan itu emang sukanya gunain duit cowok, buktinya uang pensiunan almarhum kakekku yang udah wafat aja masih mereka embat. Hmmm…

Aku yang saat itu kelelahan bisa saja protes dan marah-marah kenapa kunci rumah gak mamah simpan aja di laci rumahnya nenek, dengan begitu aku bisa langsung ke rumah dan tiduran di ubin. Bisa sebetulnya aku tiduran juga di ubin rumah nenek saat itu, tapi aku suka malu kalau tiduran di ubin yang bukan rumahku, lebih tepatnya rumah si mamah sih karena aku belum bisa beli rumah sendiri.

Dengan alasan itu pula maka aku tidak protes terhadap mamahku, dan menjawab pesan singkat tadi dengan kata “iya” saja. Aku harus tahu diri kalau kunci rumah mamah bawa, toh itu memang rumah mamahku jadi terserah dia mau kuncinya dibawa atau diapakan juga terserah, selama ini masih dikasih tempat numpang aja udah syukur buat aku.

Rumah Nenekku dan Rumah Mamahku itu memang berdekatan, bisa dibilang tetanggaan. Nah ditengah bengongnya aku menunggu Mamah dan Nenekku pulang datanglah si Uwak Udung. (Uwak=Paman).  Dia aku panggil Uwak karena ia adalah kakak dari mamahku yang satu ibu tapi beda bapak. Maklumlah karena nenekku sebelum menikahi kakekku pernah menikah dengan cowok lain, yang tentunya sekarang udah jadi kakek-kakek lain. Begitupula kakekku sebelum menikah dengan nenekku dulu, pernah menikah dengan cewek lain, yang tsekarang pasti sudah jadi nenek-nenek juga tapi tentunya nenek orang lain bukan nenekku.

Dulu aku sempat galau juga ketika ditinggal pacar, tapi melihat ketabahan nenekku yang ditinggal mati kakekku aku menjadi termotivasi untuk kuat. Aku masih belum ada apa-apanya jika dibandingkan nenek.

Aku cuma ditinggal pergi, masih bisa aku kejar lagi.  Nenek ditinggal mati, mau ngejar ke akhirat? Yakali.
Aku masih muda, bisa cari lagi. Nenek sudah tua giginya tinggal dua tapi gak hinggap di jendela, mau cari lagi?

Tapi sempat sih saat teman-temanku datang ke rumah, aku menawari salah satu teman. “Bro nenek gue galau nih semenjak kakek gue meninggal, lo mau gak nikah sama nenek gue? Tar kan gue jadi manggil lo kakek.” Terus dia jawab “Dih, gue sih mau aja, tapi gue gak sudi tar punya cucu kayak lo.” Sungguh itu jawaban yang menyakiti hatiku.

Oh iyah, si Uwak udung itu ialah saudagar sayur di pasar Caringin. Si Uwak datang ke rumah nenekku karena  ada keperluan katanya. Jadilah kami berdua menunggu di tengah rumah itu. Perawakannya gemuk, hitam, dan suka mengobrol layaknya bandar-bandar sayur lainnya. Siang itu pun si Uwak mengajakku ngobrol dengan membuka perbincangan kesana kemari.

Ia bercerita tentang solo karirnya sebagai bandar sayur. Ia bertutur penuh semangat, sampai-sampai semangatnya masyarakat pas agustusan panjat pinang yang disuruh pak lurah juga rasanya kalau dibandingin si Uwak Udung ini bercerita sudah jauh kalah.

Dalam rasa bangganya serta ceritanya yang penuh aroma berbagi ilmu tentang seluk beluk dunia bisnis persayuran itu aku bertanya, “Waaah..emang Uwak udah berapa lama bisa jadi sehebat itu  dalam bisnis sayur?”  beliau menjawab “hahaha dari 1991 sampai 2006, sekarang mah udah capek jadi diterusin si Udi. hahaha” Si Udi itu anaknya, seumuran denganku, dan tentunya cucu dari neneku juga tapi beda kakek.

Ajaibnya, setiap kali aku bertanya lalu si Uwak menjawab, ia selalu sambil tertawa dan menepuk bagian kakiku sebagai tanda keakraban. Sialnya saat itu kakiku sedang bisulan, dan tiap tepukkan si Uwak yang menuju kakiku selalu tepat mengenai bisulku itu. Duuh…

Kata Mamahku aku alergi telur, kalau makan telur mudah sekali langsung muncul bisul. Entahlah barangkali itu mitos, sugesti, atau betul adanya, yang jelas bisul yang kena tepuk itu sakit faktanya.

“Faaak…” kataku dalam hati, ingin sekali aku bilang kalau yang si Uwak tepuk itu tepat mengenai bisulku, tapi aku diam saja karena gak enak motong pembicaraan orang yang lebih tua, dan sayang sekali kalau ilmu tentang bisnis sayur yang dibagikan si Uwak siang itu berganti topik jadi bisnis bisul.

Dipukulan pertama, mataku hanya berkaca-berkaca saja, sebatang rokok aku nyalakan dan aku hisap untuk menenangkan aku yang agak kesakitan. Si Uwak tidak ngeh dan melanjutkan cerita. Aku bertanya kembali “Wak, emang sayur bisa bertahan berapa lama sih?” Ia terdiam, bukan gak bisa jawab, tapi karena lagi minum. Kemudian setelah ia minum habis air di gelasnya ia pun langsung menjawab pertanyaanku tadi, “Hahaha Sayur itu produk alam, bukan pabrik jadi gak bisa disimpan berbulan-bulan, siang ini kita punya barang maka malam nanti harus habis terjual, kalau gak ya keesokan harinya juga sudah membusuk. Gitu ban..hahaha” “Ow-ow-ow kerasnya dunia sayur”, gumamku dalam hati. Setelah menjawab itu sampai detail, Uwak aku lagi-lagi tertawa sendiri dan menepuk kakiku lagi secara tiba-tiba.

Mataku kini mulai mengeluarkan air mata, sehingga si Uwak memandangku karena gaya tubuhku yang menggunakan tanganku mengusap air mata tersebut. Sambil keheranan si Uwak bertanya, “Hahaha Kenapa kok nangis ban?” Aku dengan tenang menjawabnya, “Terharu wak, denger cerita uwak, bisnis sayur rupanya besar sekali resikonya. Belum persaingan dengan pedagang lain, lalu sayur yang membusuk, atau memang belum lagi sayurnya  tidak laku. duuh..”

Setelah panjang lebar ngobrol dan yang ke entah berapa kalinya ia menepuk tubuhku, karena tak hanya kaki tapi kadang juga si Uwak suka menepuk pundak, atau lengan bagian atas sebagai keakraban, tiba-tiba terdengar gemuruh suara petir. Suara itu menyebabkan aku berkata ke si Uwak, “Wak, kayaknya bakal hujan ya?” Kemudian Ia terlihat bakal pulang dengan berdiri dari duduknya,  itu membuat perasaanku lega, bahwa penderitaan sekaligus ilmu pengetahuan tentang bisnis sayur berakhir. Benar saja, si Uwak Udung itu pamit sambil menjawab pertanyaanku yang tadi, “Hahaha duh iya Ban, kayaknya Uwak harus segera pulang dulu aja, pakai motor soalnya. Hahaha.” *PLAAAAK*  si Uwak mendaratkan pukulan ringan terakhirnya sambil melengos pergi tanpa memandangku lagi. Pukulan ringan terakhirnya itu barangkali bagiku menjadi salah satu pukulan terberat dalam hidupku, Tepat mengenai bagian bisulku lagi, aku merasa ada nanah dan darah keluar, dengan kesakitan dan wajah berderai air mata aku ke kamar mandi. Benar saja, bisulku pecah. AW-AW-AW..

Hujan di luar turun, aku bisa tahu karena bunyi suaranya yang tik-tik-tik di atas genting.
Persis dalam lagu di masa kanak-kanakku dulu.
Mamahku dan Nenekku rupanya belum pulang.
Barangkali di jalan mereka dicegat bakso yang super enak dan terpaksa beli sambil berteduh.



Ditulis di Bandung,  yang sedang tanggal 5 Mei 2014




Kamis, 01 Mei 2014

Agar Percaya Diri

Kepada aku sendiri, kamu, dan juga kalian yang barangkali sering tak percaya diri dan sering ragu untuk berbuat sesuatu. Terlebih jika dihadapan orang banyak. Aku akan menukil sebuah kalimat dari sebuah kitab (buku) yang aku baca tadi malam. Bagiku ini luar biasa, sampai aku berpikir dan sibuk mengantuk pada malam tadi.

Maka janganlah kau dengar apa yang akan aku kutip ini karena tidak akan menimbulkan bunyi, tapi bacalah, dengan begitu semoga kau akan paham.

Minggu, 27 April 2014

Sri Yang Baik

Hanya karena aku mengenalmu, maka kamu ialah temanku, maka kamu ada dalam doaku. Seringnya begitu.

Ada kabar buruk yang membuat langit di kepalaku sementara ambruk. Kabar mengenai dirinya, temanku yang baru saja dipanggil Ia dengan cara yang tak terduga.

Adalah Sri Madriani Sila Yogi seorang yang baru saja aku kenal beberapa bulan ke belakang, seorang perempuan asal Bali yang berjuang hidup di Bandung demi menggapai cita-citanya dan harus rela jauh dari kedua orang tuanya lalu hidup mandiri disini.

Meski aku belum seberapa dekat menjadi temannya, tapi aku sempat banyak mendengar cerita tentangnya.

Sri yang baik, yang ketika tak ada ongkos menuju tempat kerja dengan rela berjalan kaki berkilo-kilo meter dari rumah menuju kantor (Dago-Pasteur), dengan alasan tak mau merepotkan teman-temannya untuk sekedar meminjam uang kepada mereka.

Sri yang baik, yang hampir setiap saat ia dan teman-temannya makan di sebuah café atau tempat makan, ia selalu tak lupa menyisakan makanannya kemudian membungkusnya untuk ia bawa pulang ke rumah lalu diberikan pada anjing peliharaan kesayangannya.

Sri yang baik ialah seorang Hindu yang cukup taat, setiap kali ia memesan makanan, atau ditawari makanan, ia begitu berhati-hati dan selalu menolak apapun yang mengandung Sapi.

Jujur aku malu, aku yang sering menggerutu saat sedikit saja kehidupan tak mendukungku.
Aku malu, aku yang kekenyangan dan sering lupa kepada sesama makhluk.
Aku malu, aku yang terkadang lupa pada perintah agamaku. 

Malam tadi aku membaca sebuah portal berita mengenai sebuah kecelakaan, disana ternyata tertulis namanya yang terselip diantara nama-nama korban meninggal kecelakaan itu.

Selamat jalan Sri yang baik..
Engkau kini kembali pada Tuhan yang Maha Baik..

Bani-Bhena-Alit-Sri
Sebulan yang lalu, di sebuah tempat makan





Sabtu, 12 April 2014

Puisi Bosan

Tak lelahkah kita menjadi mesin penghasilan
Kesana-kemari mencari penghidupan
Berulang kali kita lewat taman perkuburan
Berulang kali juga kita lupa kematian

Ada yang takut akan kesepian
Ada juga yang menghindari keramaian
Beberapa disibukan persoalan
Beberapa lainnya muak memberikan jawaban

Kemana lagi kakimu akan dilangkahkan
Bumi ini luas memberikanmu pilihan
Menenggelamkan diri di perairan
Atau kekeringan di atas daratan

Sementara itu burung terbang bebas di atas awan
Terkekeh-kekeh melihat manusia dalam kesibukan
Yang tua sibuk melepas kenangan
Yang muda sibuk khawatirkan masa depan

Barangkali kau bosan nona dan tuan
Disana-sini penuh sesak oleh drama percintaan
Sebagian berakhir indah di pelaminan
Sebagian lainnya berakhir tragis putus di jalanan

Bagaimanapun ini adalah puisi bosan
Aku menulisnya tanpa pedulikan kiasan
Ditulis dengan tinta-tinta kecemasan
Sebagai mantra pengusir kekalutan


Bandung, 12 april 2014
sesaat sebelum matahari ditenggelamkan




Selasa, 08 April 2014

Kepada Ras Pemimpin Bumi

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi. “Mereka berkata, Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu? “Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 30)

Alangkah beruntung kalian diciptakan sebagai manusia, menjadi ras yang diunggulkan Tuhan untuk membuat kuasa di muka bumi. Bukan golongan Malaikat, Jin, Hewan, atau Tetumbuhan yang dipercaya memilkul amanat untuk mengurusnya.  Lantas apa maksud Tuhan menjadikan manusia yang sering menumpahkan darah juga berbuat kerusakan sebagai pemimpin di bumi?

Barangkali dengan tugas ini Tuhan menguji kelayakan kalian sebagai manusia, sudah seberapa pantas kalian dicintaiNya, sudah selayak apakah kalian mensyukuri pemberianNya tersebut. Amanat yang teramat berat memikul kepercayaan untuk mengurus kelangsungan hidup banyak makhluk di daratan maupun lautan yang sebegitu luas ini.

Di tahun ini kalian sebagai manusia-manusia yang hidup di Indonesia, kalian dihadapkan pada pemilihan pemimpin, dengan arti kecil seorang yang kalian sebut sebagai presiden, karena dalam arti  luas setiap manusia bisa diartikan pemimpin bagi diri dan lingkungannya sendiri.

Kalian diberi tugas memilih seseorang untuk diberikan kuasa memimpin bangsa yang kalian sebut Indonesia. Sesungguhnya ini semua rumit, ini bukan tentang kelangsungan hidup ras manusia saja, namun juga ras lain yang hidup disini. Kalian lupa sebagai manusia yang menjadi egois terlalu peduli terhadap urusan-urusan kalian sendiri.

Perlu kalian ingat, yang kalian pimpin bukanlah manusia saja. Ada banyak jenis hewan melata dari ujung Aceh hingga Papua, ada banyak Tumbuhan yang hidup di negri ini, Ada pula banyak sekali ikan-ikan yang berenang hilir mudik di setiap perairan negri ini.

Bagaimana memimpin negerimu, jika saat kalian berorasi dengan segala basa-basi banyak rumput dan semut kecil yang kalian injak? Banyak sekali pohon yang dipaku dengan gambar-gambar poster bangsamu yang menurutku tidak gagah sama sekali. Belum lagi sampah-sampah usai pesta demokrasi bangsa kalian usai. Sampah-sampah poster itu seenaknya kalian bakar dan mencemari si Udara, beberapa pula terbuang ke sungai dan menghambat jalur si Air untuk melaksanakan tugasnya menuju lautan.

Rabu, 02 April 2014

Kepulangan Teman

Subuh tadi aku mendengar berita duka yang dikabarkan pohon salak berwarna jingga. Duka dan luka saja membuatku bingung, keduanya sama-sama kepedihan. Oh mungkin luka ialah kepedihan yang bisa lihat secara fisik seperti borok barangkali. Sedang duka ialah kepedihan yang bermuara dalam batin.

Aku percaya bahwa manusia memiliki tiga unsur dalam dirinya. Akal, jasad, dan ruh, lalu ketiganya juga perlu makan agar mereka tak sakit atau mati. Jasad perlu nutrisi berupa nasi lauk pauk, Akal perlu ilmu, dan Ruh memerlukan ibadah (interaksi dengan Tuhan).

Berita duka dari si pohon salak tadi ialah kabar bahwa teman lamaku telah gugur dalam pertempuran melawan sakit jasad yang dideritanya. Konon ia terkena jenis racun yang sangat aneh, berbagai tabib telah ia datangi, namun tak kunjung juga kembali sehat.

Sabtu, 22 Maret 2014

malam, sinar, dan suara

siluet  insan ditikam malam
ditampar dosa, terkucil diantara jutaan sinar bintang
terkadang sunyi memiliki bunyi
setidaknya riuh bergemuruh dalam batok kepala sendiri


persimpangan jalan selalu membingungkan
nada-nada kegelapan mengusik tentram bukit hati yang landai
hanya ada dua pilihan, ke kiri atau ke kanan
tapi waktu enggan berkompromi untuk banyak berandai-andai


seakan semakin samar, padahal bola mata tak pernah berdusta
namun bisikan nurani ialah sebenar-benarnya suara
keindahan yang terlihat mata, tak selalu begitu adanya
mana yang nyata? dimensi semesta ada di hati dan di kepala

Jumat, 21 Maret 2014

Rabu, 19 Maret 2014

Perihal Apel Newton

Semua ini berawal dari kebengongan, ketidak puguhan aktivitas, random, bahkan mungkin chaos sehingga jadilah aku yang bengong melamun dan memandangi linimasa di twitter. Satu persatu akun yang berseliweran berkicau, bahkan beberapa ada juga yang menggonggong.


Sesungguhnya aku tak ingin bengong, inginku banyak berkicau juga, hanya saja saat ini aku seringnya bermain twitter via PC lantaran henpon androidku yang masih saja memerlukan perawatan di tukang service handphone karena dengan tak sengaja ia mandi besar oleh air yang tumpah di gelasku tempo lalu. Dan masalahnya ketika main twitter via PC dengan layar monitor yang besarnya sedaratan negara timor-timor bagi semut ini, ketika ada orang lain di belakangku, aku menjadi tak sebebas merpati untuk terbang, aku tak bisa ngetweet, entah mengapa jari-jariku kaku, ada perasaan kikuk tersendiri, padahal aku juga gak begitu yakin jika saudaraku si Nizar itu yang ada semenjak tadi siang disini memperhatikan apa yang bakal aku tweet.

Rabu, 12 Maret 2014

selalu ada do'a untuk dia aminkan

Sejatinya perayaan ialah rasa senang yang ditularkan.
Sederhananya perayaan adalah saat senyum dan tawa hadir di sekelilingmu.
Rumitnya perayaan yaitu pesta yang terlalu gemerlap menjadi hura-hura.

Seperti tahun-tahun yang lalu, kesunyian menjadi sebuah perayaan antara jiwanya dengan Tuhan. Dalam hidupnya, pria ini hanya pernah satu kali dengan sengaja merayakan ulang tahunnya. Saat itu usianya menginjak 5 tahun, dan kala itu kedua orang tuanya mengundang teman-temannya untuk hadir dalam rangka merayakan bertambahnya usia buah hatinya tersebut.

Minggu, 09 Maret 2014

Bukan Orang Jahat yang Banyak, Tapi Orang-orang Baik yang Diam


Pernahkah tersirat dalam benakmu, bahwa zaman ini memang begitu edan?

Ketika tak hentinya segala macam media memberitakan keburukan setiap harinya. Bahkan ketika baru saja tadi pagi kamu membuka mata dan melihat layar televisi, yang pertama kali kamu temui ialah berita-berita kriminal. Haruskah sepagi itu kita menyantap sarapan dengan menu yang begitu mengerikan?  Piring kosong dalam kepalamu yang seharusnya terisi dengan inspirasi, semangat hidup, juga rasa syukur itu harus  ditukar paksa dengan rasa takut, kengerian, dan hilangnya rasa percaya bahwa bumi yang kau pijak ialah tempat terbaik yang Tuhan anugrahkan pada Adam beserta turunannya.

Rabu, 05 Maret 2014

Lelaki yang Tertawa di Atas Jambannya

Semalam aku mules hebat, bukan karena aku ingin melahirkan, tentu saja karena aku ialah lelaki. Dan aku gak tau sehebat apa mules yang dialami kaum hawa saat sedang ingin melahirkan. Aku gak tau, sama sekali gak tau, dan itu salah satu teka-teki di dunia ini yang gak akan pernah aku alami. Tapi yang jelas mules perut semalam membawaku kepada jamban. Seringnya jika aku sudah berjumpa dengan jamban, selama aku nongkrong di atasnya ia selalu mengajak aku berbincang, berkhayal, bahkan seringnya memberikanku inspirasi. Iya jamban itu sangat baik, ia memberiku inspirasi padahal aku cuma kasih dia ta*.

Kali ini jamban mengajakku mengingat memori masa kecilku. Masa kecil yang sering kali membuat aku terkekeh-kekeh. Bahkan malam ini pun begitu, pada sepertiga malam saat semua senyap, ada lelaki yang heboh tertawa di dalam kamar mandinya. Iya itu aku.

Minggu, 02 Maret 2014

Maka aku akan merindukannya

Kepada @poscinta.

Tak ada kalimat pembuka yang teramat istimewa rasanya selain ucapan terimakasih.
Terimakasih untuk poscinta yang melalui program tantangan #30HariMenulisSuratCinta ini membangkitkan kembali gairahku bercinta dengan kata-kata.  Dan dengan itu pula aku jadi sering menulis surat kepada apapun, kepada teman-teman penulis lainnya, kepada selebtweet, kepada orang-orang yang bernama Asep, bahkan kepada pohon dekat rumahku. Maklum saja karna aku jarang sekali membuat surat, waktu sekolah dulu saja jika aku sakit orang tua aku lah yang menuliskan suratnya untukku. Yaiyalah..

Kamis, 27 Februari 2014

Manusia ialah gelas-gelas istimewa

Surat balasan untuk Ajeka
Halo lagi Ajeka, aku harap kamu sudah mandi dan setidaknya sudah menggunakan wewangian minimal dua galon sebelum membaca suratku ini. Bukan apa-apa aku takut kamu akan semakin dekil terkotori melalui jawabanku ini.

Selasa, 25 Februari 2014

Kepada penenun dan si anak ajaib

Haloo kalian,.
Kalian yang sering memanggilku dengan kata depan ‘kakak’. Oke mungkin dari segi umur aku lebih tua dari kalian, itu pun kehendak Tuhan melalui langit. Tapi dari cara kalian membumi dengan tulisan-tulisan jemari aku mungkin hanyalah sebutir adik balita.

Senin, 24 Februari 2014

Perjumpaan Bersama Mr.Sonjaya


Mr.Sonjaya dari namanya tampak seperti nama seseorang yang berarti Tuan Sonjaya. Tapi Mr.Sonjaya ini ialah nama sebuah band indie bergenre accoustic folk yang bersimple tunes asal kota kembang. Pesona irama merdu dan lirik-lirik sederhana yang menyenangkan sekaligus syahdu ialah ciri khas karakter dari Mr.Sonjaya (red-). Jika tak percaya silahkan dengar di soundcloudnya. Jangan salahkan saya jika kalian pun akan jatuh cinta.

Saya sendiri pertama kali mengenal band ini semenjak 2012 lalu, ketika komunitas yang saya ikuti (SSChildBandung) saat itu merayakan ulang tahunnya yang pertama dan Mr.Sonjaya menjadi salah satu bintang tamu di acara tersebut. Dua tahun berselang hingga saat ini (2014) saya memang tidak begitu mengikuti, namun ketika saya bermain-main dengan 'soundcloud' tiba-tiba saja kembali menemukan Mr.Sonjaya secara tidak menyengaja. Yang pada akhirnya menggiring saya kembali pada memori-memori saat saya aktif menjadi volunteer di komunitas saya dulu yang bergerak di bidang 'ngasuh' atau bermain sambil belajar bersama anak-anak jalanan kota Bandung ini.

Jumat, 21 Februari 2014

Sampai Jumpa Pada Waktunya♠

Kepada kamu yang indah disana.
Ini tampak lucu lagi, saat aku ingin berkata bahwa aku rindu tapi harus merindukan apa? Pertemuan? Kita bahkan belum sempat bertatap muka langsung dengan menyengaja semenjak hari dimana aku tersadar bahwa kamu ialah seorang yang seharusnya tak aku lewatkan keindahannya begitu saja.

Bahkan tangan kita belum pernah untuk sekedar bersentuhan dalam sebuah jabat salam, apalagi untuk saling menggenggam tangan berjalan mengitari taman pada sebuah sore. Tepat! itu hanya mimpi indah di tidur siangku. Inginku untuk membuat satu memori sebelum kamu benar pergi mengejar mimpi ialah dengan berbagi tawa, canda, dan irama-irama menyenangkan di sebuah kedai kopi. Memori yang aku harap menjadi satu dari sekian banyak alasan kamu merindukan kota ini.

Senin, 17 Februari 2014

JA(t)UH CINTA

Aku ingin mencinta, namun hanya kosong kutemui dalam nyata
Bait-bait rindu berserakan menjadi debu
Kepingan rasa sayang kini berwujud bayang

Tiada lagi peluk, yang tersisa hanyalah bunyi-bunyi burung mematuk
Tiada lagi kecup, karena bunga-bunga di tamanku semuanya kuncup
Tiada lagi belai, seakan asa tiada lagi aku gapai

Dimana lagi indah, sekelilingku ialah dinding gundah
Kemana lagi senang, gerbang besar itu kini hanyalah untuk kukenang
Siapa lagi itu bahagia, aku pikir namanya sudah berganti menjadi phobia

Lelah sungguh aku lelah, maka berhentilah
Cukup,mari akhiri ini dengan beberapa kata
Pintaku sederhana, aku hanya ingin saling mencinta

Minggu, 09 Februari 2014

Aku Seorang Pembunuh

Semalam kau datang lagi.
Bahkan kali ini dengan begitu berani, kau mendatangiku seorang diri.
Dimanakah kawan-kawanmu yang biasanya kau bawa serta untuk menyerangku seperti biasanya?
Ataukah memang kau sudah cukup kuat untuk menghadapiku?
Asal engkau tahu, aku tak akan mengurangi kewaspadaanku sedikitpun terhadapmu.

Tujuh malam sudah kau terus mengincarku dengan anggota kelompokmu yang terus berganti.
Aku tak tahu apa yang mendasarimu sehingga kini tampak begitu percaya diri.
Mungkinkah karena engkau kini mengetahui titik-titik kelemahanku?
Atau dendammu padaku sudah begitu memuncak, karena banyak kerabatmu yang sudah kubuat menemui ajalnya?

Sabtu, 08 Februari 2014

Kembali

Harus dengan kalimat apa aku mengawali surat ini. Surat atas rasa cinta, kekaguman, juga pernyataan perasaan sayang yang kini kian hebat menjadi bait-bait kerinduan kepadamu. Kepada Kakekku yang kini terbaring dalam lelapnya kesejatian takdir untuk makhluk bernyawa. Kini hanya nisan yang menandai keberadaanmu, dengan pusara sebagai rumah dimana kau tinggal dalam nyata ini.

Bulan Juni tahun 2013 lalu menjadi bulan tanpa pancaran sinar akibat puluhan pelayat yang menutupi sang surya untuk memberikan cahayanya. Gelap kian merangkap bersama tangisan-tangisan sendu yang terus menderu. Irama-irama suara manusia yang merapal untaian do’a semakin menyadarkanku bahwa ini semua memang benar-benar nyata.

Rabu, 05 Februari 2014

Teruntuk Buah Hatiku Nanti

Hai nak, ini Ayah.

Apa kabarmu saat ini? Apa parasmu merasa mirip denganku? Atau dengan Ibu mu? Apa engkau lelaki ataukah perempuan?

Maaf ya nak, jika surat dari Ayah ini sudah di buka dengan berbagai macam pertanyaan. Maklum saja karna saat Ayah menulis surat ini jangankan mampu menerawang bagaimana perangaimu, Ibu mu saja belum Ayah temui.

Selasa, 04 Februari 2014

Surat Kecil Untuk Tuan

Untuk Dausgonia.

Sebelumnya, izinkan saya memperkenalkan diri, karena tak kenal maka tak “wawuh". Klo tak  “wawuh” maka tak “heureuy”.

Perkenalkan nama saya Bani Sya’ban Nur Kholiq, panggil saja Bani. Bukan apa-apa soalnya Kholiq ialah nama dari ayah saya, jadi saya membiasakan orang-orang memanggil saya Bani, takut sewaktu-waktu main ke rumah dan malah jadi lebih akrab sama ayah saya.

Oiyah saya memiliki akun twitter @baniholic. Kalo berkenan mungkin kak Daus bisa mengingat-ingat suatu malam dimana kak Daus mention saya yang isinya saya tidak mengerti, namun setelah ditelusuri ternyata kak Daus saat itu sedang mencari sprei bermotif Jerapah. Entahlah apa yang salah dengan jari kakak saat itu sehingga kakak salah mention yang harusnya tertuju pada tukang sprei. PFfft…

Senin, 03 Februari 2014

Bianglala


Hidup bagai menaiki bianglala.
Berputar pasti memberimu posisi.
Di atas dan di bawah.

Pejamkan mata rasakan hembusan udaranya.
Bukalah mata lihatlah angkasa seakan mendekat dengan kepala.
Tertawalah, tersenyumlah, aku bianglala wahana yang ingin melihatmu merasa bahagia.

Kini posisimu sedang berada di bawah, bahkan mungkin terendah.
Yang kau perlukan hanyalah rasa syukur, sebab kau akan segera ditinggikan.
Sadarilah disana tak ada jalan lain kecuali naik.

Minggu, 02 Februari 2014

Untuk Tuan Pohon Kayu

Sore ini tak biasanya aku menyiapkan dua cangkir kopi untuk menemaniku duduk di teras rumahku. Bukan karena ada tamu, tapi karena ini...

Hai pohon kayu..
Maaf aku sudah lancang untuk mengirim surat padamu, padahal berkenalan dan menjabat tanganmu saja belum pernah kita lakukan.
Hai pohon kayu, apa kau tidak merasa pegal untuk terus berada pada titik yang sama? Apa kau tidak iri satu kalipun melihat kami para manusia terus berlalu lalang disekitarmu?

Apa mungkin sebenarnya kamu ingin menghampiriku saat sore setiap kali aku duduk-duduk di teras menikmati senja dengan secangkir kopi? Aku pun sesungguhnya ingin mengajakmu untuk bergabung dan berbincang, karna aku terkadang bosan berbicara dengan manusia sepertiku. Aku kadang merasa tak enak cerita pada mereka karna mereka bisa mengerti bahasaku dan mungkin saja suatu saat ia mengumbar rahasia-rahasiaku.

Sabtu, 01 Februari 2014

Untuk Asep

Yang terhormat, saudara Asep di tempatnya masing-masing.

    Mungkin saat ini kau berada di sebuah sekolahan, pasar,  tempat hiburan, sawah, gurun, ataupun sedang terjebak di dalam sumur. Entahlah aku tak tahu pastinya. Namun yang ku tahu pasti ialah seringnya aku menemukan namamu dimanapun aku bernapas.
Entah berapa banyak sudah aku menemukamu sep. Mulai dari Asep tetanggaku yang hobinya main kartu di pos ronda setiap malam, Asep yang putihnya lebih putih dari cewek saat aku SMP dulu, Asep yang sukses menjadi bandar knalpot, Asep yang menjadi panitia lomba tujuh belasan, dall. (dan asep lain-lainnya -red).

Senin, 27 Januari 2014

Sudah Seminggu

"Sudah seminggu ku di dekatmuada di setiap pagi, di sepanjang harimutak mungkin bila, engkau tak tahubila ku menyimpan rasa,.... *al ayat*"

Begitulah kira-kira yang telingaku dengar akhir-akhir ini dari potongan lagu yang dibawakan seorang penyanyi bernama lengkap Muhammad Tulus Rusydi.
iya telinga aku dengernya gitu! #CeuliAingKumahaAing

Yaudah disini aku gak akan ngomongin soal telinga apalagi telinganya Bang Tulus.
Disini aku lagi-lagi mau cerita soal manusia yang klo diitung-itung udah seminggu lebih aku mulai deket dengannya.
Manusianya itu bergender wanita, punya mata, punya telinga, sama punya hati juga, tapi gak tau dia nya punya rasa yang sama atau enggak sama aku. Ya klo sama es krim stroberi mah jangan ditanya, udah pasti beda.

Kamis, 23 Januari 2014

Pukul Delapan Pagi


Ding..ding..ding..
Bunyi dari jam tua peninggalan almarhum kakek tercintanya.
Tiga kali bunyi tersebut menandakan jam yang ia tunjuk, ini ternyata sudah pukul tiga pagi.
Sang lelaki masih saja belajar dari sahabatnya, ia adalah Malam yang selalu bersabar menunggu bias cahaya datang padanya.

Ding..ding..ding..ding
Bunyi dari jam tua peninggalan almarhum kakek tercintanya.
Empat kali bunyi tersebut menandakan jam yang ia tunjuk, ini ternyata sudah pukul empat pagi.
Sang lelaki kini meninggalkan kegiatan belajarnya, dan mengenakan sarung dan peci untuk memenuhi seruan Tuhannya.

Selasa, 21 Januari 2014

AHP♠



Baru kali ini aku dibuat bingung akan sebuah judul untuk postingan. rasanya ingin kutulis lengkap namanya layaknya judul-judul sinetron yang ngehits di era tahun 2013 (damar wulan, raden kian santang, gajah mada). Apa daya namanya terlalu bagus buat judul postingan, mungkin namanya lebih layak ditulis di buku nikah. Eh..

Jadi gini, setelah aku bersemayam di dalam banyak malam yang kelam, akhirnya sang mentari memberiku cahaya sehingga aku bisa melihat ada dimana henpon ku berada. Aku coba klik sebuah aplikasi bernama twitter. Dan voila ada banyak lamat lancah dan debu disana karna sudah lama tak kusentuh dunia perkicauan. Akhirnya setelah menyapu debu dan makan laba-laba yang bersarang disana aku pun membuat tweet-tweet kembali. Tak banyak hal yang berubah dengan dunia twitter setelah aku tinggal pergi, Presiden negaraku tetep eksis disana, bahkan istrinya semakin jago main socmed kini.