Jumat, 21 Februari 2014

Sampai Jumpa Pada Waktunya♠

Kepada kamu yang indah disana.
Ini tampak lucu lagi, saat aku ingin berkata bahwa aku rindu tapi harus merindukan apa? Pertemuan? Kita bahkan belum sempat bertatap muka langsung dengan menyengaja semenjak hari dimana aku tersadar bahwa kamu ialah seorang yang seharusnya tak aku lewatkan keindahannya begitu saja.

Bahkan tangan kita belum pernah untuk sekedar bersentuhan dalam sebuah jabat salam, apalagi untuk saling menggenggam tangan berjalan mengitari taman pada sebuah sore. Tepat! itu hanya mimpi indah di tidur siangku. Inginku untuk membuat satu memori sebelum kamu benar pergi mengejar mimpi ialah dengan berbagi tawa, canda, dan irama-irama menyenangkan di sebuah kedai kopi. Memori yang aku harap menjadi satu dari sekian banyak alasan kamu merindukan kota ini.

Mungkin disaat yang bersamaan ketika kedua kakimu menginjak lantai kereta, kedua tanganku menengadah memanjatkan do’a. Semoga langkah-langkahmu selalu dalam naungan petunjuk dan ridhaNya.

Kamu di palembang, aku di kota kembang. 20 jam perjalanan katanya jika melalui jalur darat menuju kamu berada dari tempat kini aku terduduk. Tapi seperti katamu, jarak hanyalah persepsi. “Selama melihat langit yang sama, artinya kita gak jauh-jauh amat.” Dan aku sempat menimpalinya dengan, “Ya, selama aku mampu melihat langit, maka selama itu pula aku bisa menggantungkan harapan setinggi angkasa.”

Katamu jangan terlalu tinggi pula berharap, karna jika jatuh akan teramat menjadi sakit. Tak apa karena bagiku jatuh bersama harapan ialah cara terbaik untuk mampu berkali-kali bangkit. Beberapa hal membutuhkan belajar dari luka dan andai saja bayi-bayi manusia itu menyerah karena terjatuh dari langkah pertamanya berjalan, bayangkan berapa banyak manusia dewasa yang kini akan terus ‘merondang’.

Aku tak ingin membebanimu pula dengan urusan hati, aku tak bermaksud memberitakan jika ada satu atau sekian banyak pria yang menunggumu kembali. Berjuanglah disana menjadi gurita seperti kataku tempo lalu, hingga banyak tanganmu memeluk sebanyak mimpi yang ingin kamu raih. Karena aku pun ingin berjuang di waktu yang sama meraih peran impianku di dunia yang singkat dan fana ini. Urusan tepukkan tangan yang sebelah atau keduanya bertepuk ialah urusan belakangan, yang penting aku ingin kamu tahu, bahwa selama ini diam-diam aku mengagumimu, menikmati celoteh dan candaanmu. Mencari-cari cara, mencuri-curi waktu. Aaah indahnya! Semoga kamu tak muak dan bosan.

Sekali lagi, aku akan merindumu dengan lucu. Entah sampai kapan semua ini berakhir, dan bagaimana akhirnya aku dan kamu pun mungkin tidak tahu. Tapi terimakasih sudah mengizinkanku berkenalan dengan duniamu, menerka-nerka suara renyah tawamu, mengira-ngira tatapan kedua bola matamu, dan tentunya mengukur-ukur berapa derajat lengkung senyummu.

Semoga sesekali kita bisa mengulangnya lagi, sebuah pertemuan yang tak menyengaja, tak hanya dalam nyata, namun juga dalam panjatan do'a. Di sujud panjang sepertiga malam, atau pada waktu dhuha.

“Bahkan perasaanku pun bukan milikku, hanya saja terlihatnya begitu.” katamu.
“...dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati." (QS.3:119)

Sampai jumpa pada waktunya, waktu yang sesungguhnya aku nantikan, aku idamkan, saat kita nanti bertemu menyengaja. Entah di kota mana, kota kembang, palembang, atau di bumi belahan mana, tapi semoga disana ada kedai kopi nya.

Tapi jika saja harapan-harapan ini harus sirna karena satu dan lain hal pada nantinya, tak apa. Karena aku sempat memberitahumu bahwa ini ialah satu episode yang aku senang menikmatinya.
AHP :D
Dari seekor kelinci yang merindumu dengan lucu. Selamat menjalankan ibadah hijrah~

2 komentar:

Tinggalkan Jejak