Rabu, 12 Maret 2014

selalu ada do'a untuk dia aminkan

Sejatinya perayaan ialah rasa senang yang ditularkan.
Sederhananya perayaan adalah saat senyum dan tawa hadir di sekelilingmu.
Rumitnya perayaan yaitu pesta yang terlalu gemerlap menjadi hura-hura.

Seperti tahun-tahun yang lalu, kesunyian menjadi sebuah perayaan antara jiwanya dengan Tuhan. Dalam hidupnya, pria ini hanya pernah satu kali dengan sengaja merayakan ulang tahunnya. Saat itu usianya menginjak 5 tahun, dan kala itu kedua orang tuanya mengundang teman-temannya untuk hadir dalam rangka merayakan bertambahnya usia buah hatinya tersebut.

Balon berwarna-warni menghiasi ruangan sederhana itu. Teman-temannya berpakaian rapih, sambil mengepit kado di ketiaknya masing-masing. Sebuah cake dengan lilin berbentuk angka 5 diarak kedua orang tuanya.
Pria kecil itu tak mengerti, mengapa ia harus meniup lilin tersebut, padahal membiarkannya menyala lebih disukainya.

Sebuah lagu "happy birthday" pun serempak dinyanyikan teman-temannya juga para orang tua mereka yang memang mengantarnya.
Tertawa riang gembira, serta candaan menjadi hingar bingar pada hari yang cerah itu.

19 tahun yang lalu menjadi perayaan dimana ia dihujani kado melimpah dari orang-orang terdekatnya.
Mensyukuri setiap mainan yang ia dapat.
Mengamini setiap panjatan do'a yang dikhususkan untuknya.

Bagaimanapun untuknya perayaan hanyalah selebrasi.
Yang terpenting ialah angka usia yang tersemat dalam hidupnya semakin ia pertanggung jawabkan.
Serta sisa umurnya digunakan untuk menghapus keburukan, juga lahan untuk menanam banyak kebaikan.

Ia ingin semakin berguna, memberikan makna, menebar bahagia.
Karena setiap detik ialah berharga, berharap sisa umurnya tak menjadi sia-sia.

Kini, tak ada lilin di atas kue yang harus ia tiup.
Tak ada pula mainan yang ia inginkan, karena sudah malu dengan kumis dan janggut yang mulai tumbuh menghiasi wajahnya.

Namun,
selalu ada do'a untuk dia aminkan.
terimakasih semuanya.






2 komentar:

Tinggalkan Jejak