Semalam aku mules hebat, bukan karena aku ingin melahirkan,
tentu saja karena aku ialah lelaki. Dan aku gak tau sehebat apa mules yang
dialami kaum hawa saat sedang ingin melahirkan. Aku gak tau, sama sekali gak
tau, dan itu salah satu teka-teki di dunia ini yang gak akan pernah aku alami. Tapi yang jelas mules
perut semalam membawaku kepada jamban. Seringnya jika aku sudah berjumpa dengan
jamban, selama aku nongkrong di atasnya ia selalu mengajak aku berbincang,
berkhayal, bahkan seringnya memberikanku inspirasi. Iya jamban itu sangat baik,
ia memberiku inspirasi padahal aku cuma kasih dia ta*.
Kali ini jamban mengajakku mengingat memori masa kecilku.
Masa kecil yang sering kali membuat aku terkekeh-kekeh. Bahkan malam ini pun
begitu, pada sepertiga malam saat semua senyap, ada lelaki yang heboh tertawa
di dalam kamar mandinya. Iya itu aku.
Aku teringat akan hal yang ‘begitu entahlah’ saat kecilku
dulu, karena memang masa kecilku ialah masa yang sangat entahlah pula, mungkin kapan-kapan jika memang kalian ingin bisa dicek disini bagaimana aku dulu. Dan untuk sekarang salah satunya memori ini. Memori ketika dulu aku begitu senang menonton
film-film kartun sampai aku sempat menganggap banyak film kartun itu “based on
true story”. Monster itu ada, Scoobydoo
itu ada, Mobil-mobilan dan mainan bisa hidup, woody woodpacker itu ada, Tom n' Jerry itu nyata, Kamehameha itu bisa dipelajari, dan sebagainya.
Pernah suatu saat aku bilang gini sama ibu ku dulu, “Mah, aku
pengen miara pokemon.” Dan ibuku cuma bilang “Pokemon teh naon?”. Aku tak bisa menjelaskannya dan hanya menujuk
ke televisi yang saat itu aku tonton. Ibuku tersenyum, dan dengan sabarnya menjelaskan bahwa
itu tidak mungkin ada. Aku sedikit kecewa namun aku masih punya
hewan menggemaskan lain yang ingin aku pelihara dan menayakannya lagi pada
ibuku.
(A: Aku ; I: Ibu)
A: Tapi Mah
klo pinguin ada?
I: Ada
A: beliin aku
satu mah, aku pengen piara pinguin aja klo begitu.
I: *senyum sambil beranjak pergi ke dapur*
Beberapa hari kemudian tiba-tiba saja ibuku memberitahuku
bahwa di akhir pekan nanti kita akan pergi berwisata ke pantai pangandaran.
Setelah aku pikir-pikir sekarang, mungkin saja Ibu dan Ayahku sudah membahas
ini semua, dan menganggap anaknya ini kurang piknik dan butuh melihat dunia
nyata tak sekedar televisi. Maklum saja dulu saatku kecil mereka berdua sibuk
sekali bekerja, dan aku sering menghabiskan waktu kecilku bersama seorang pengasuh,
mainan-mainan, juga televisi.
I: nanti kita
ke pangandaran ya, kita berenang.
A: Tapi disana
ada yang jual pinguin gak mah?
I: emm.. iya
klo ada nanti kita sekalian beli yaa..
A: CIHUUUY!!
Sungguh senang dan bahagianya saat itu. Dan sekarang setelah
aku beranjak dewasa, aku tau semua itu hanyalah kebohongan kecil yang dibuat
orang tua demi menjaga impian anaknya. Yes, it’s white lies! Meski aku pernah sedikit
dibohongi, tapi aku bahagia saat itu, bahagia juga saat ini, dan
bahagia setiap kali aku mengingatnya. Malam tadi aku bisa tertawa di atas jamban
sebelum aku kembali melanjutkan tidur. Ya setidaknya aku belajar, bahwa tertawa di atas jamban lebih baik dibanding tertawa di atas penderitaan orang lain.
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Jejak