Rabu, 02 April 2014

Kepulangan Teman

Subuh tadi aku mendengar berita duka yang dikabarkan pohon salak berwarna jingga. Duka dan luka saja membuatku bingung, keduanya sama-sama kepedihan. Oh mungkin luka ialah kepedihan yang bisa lihat secara fisik seperti borok barangkali. Sedang duka ialah kepedihan yang bermuara dalam batin.

Aku percaya bahwa manusia memiliki tiga unsur dalam dirinya. Akal, jasad, dan ruh, lalu ketiganya juga perlu makan agar mereka tak sakit atau mati. Jasad perlu nutrisi berupa nasi lauk pauk, Akal perlu ilmu, dan Ruh memerlukan ibadah (interaksi dengan Tuhan).

Berita duka dari si pohon salak tadi ialah kabar bahwa teman lamaku telah gugur dalam pertempuran melawan sakit jasad yang dideritanya. Konon ia terkena jenis racun yang sangat aneh, berbagai tabib telah ia datangi, namun tak kunjung juga kembali sehat.

Dalam pesan terakhirnya yang ia tulis dalam sebuah gulungan kulit domba,  ia mengatakan permintaan maaf kepada siapapun barangkali ia memiliki salah. Surat di gulungan kulit domba itu ia tulis tepat seminggu yang lalu sebelum hari ia dikabarkan meninggal dunia. Apakah itu yang dinamakan sebuah firasat atau tanda-tanda?

Salah seorang guruku pernah mengatakan padaku, bahwa seseorang yang akan meninggal dunia, 40 hari sebelum ia wafat sebetulnya ia sudah menjadi mayat. Benar atau tidak entahlah, hanya saja seringnya begitu, sebuah firasat atau pertanda biasanya dirasakan oleh orang-orang terdekatnya, atau muncul dari si calon mayat tersebut melalui perbuatan-perbuatan yang tak biasanya.

Sebuah kematian memang misteri, begitupun dengan pertandanya. Hanya saja seperti yang aku katakan tadi barangkali jasadnya sudah tak lagi mampu berfungsi dan tak bisa digunakan oleh ruh sebagai rumahnya lagi. Ruhnya tetap hidup dan menuju kehidupan di dimensi lainnya setelah melewati gerbang yang kita sebut kematian.

Ruhnya tak memerlukan lagi jasad untuknya berjalan di atas muka bumi, tak memerlukan lagi akal untuk mengendalikan kemana jasadnya menuju sesuatu yang hendak ia tuju. Tapi ruhnya memerlukan kiriman do'a agar ia tetap sentosa di alam sana.

***

*tulisan ini didedikasikan untuk sahabatku yang malam kemarin benar-benar telah berpulang ke pangkuanNya. Selamat jalan teman, kini engkau dalam pelukan Tuhan. Sampai jumpa sahabat, semoga kita kembali dipertemukan di alam yang penuh rahmat. Rasanya baru kemarin kita berbagi tawa bertukar cerita. Mungkin engkau pernah dilukai dunia, semoga lekas tenang kini di Surga. Amiin..

Rest In Peace Asep Riza Fasya.

















0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Jejak