Kamis, 23 Januari 2014

Pukul Delapan Pagi


Ding..ding..ding..
Bunyi dari jam tua peninggalan almarhum kakek tercintanya.
Tiga kali bunyi tersebut menandakan jam yang ia tunjuk, ini ternyata sudah pukul tiga pagi.
Sang lelaki masih saja belajar dari sahabatnya, ia adalah Malam yang selalu bersabar menunggu bias cahaya datang padanya.

Ding..ding..ding..ding
Bunyi dari jam tua peninggalan almarhum kakek tercintanya.
Empat kali bunyi tersebut menandakan jam yang ia tunjuk, ini ternyata sudah pukul empat pagi.
Sang lelaki kini meninggalkan kegiatan belajarnya, dan mengenakan sarung dan peci untuk memenuhi seruan Tuhannya.

Ding..ding..ding..ding..ding..
Bunyi dari jam tua peninggalan almarhum kakek tercintanya.
Lima kali bunyi tersebut menandakan jam yang ia tunjuk, ini ternyata sudah pukul lima pagi.
Sang lelaki mengusap air mata yang diam-diam ternyata jatuh di kedua pipinya. Rupanya sahabatnya yang lain mengunjunginya, ia adalah Waktu yang mengajaknya kembali ke masa lalu. ada banyak rindu disana, terutama pada mereka yang pernah dijumpai, dicintai, hingga kemudian terpisahkan oleh kata pergi maupun mati.

Ding..ding..ding..ding..ding..ding
Bunyi dari jam tua peninggalan almarhum kakek tercintanya.
Enam kali bunyi tersebut menandakan jam yang ia tunjuk, ini ternyata sudah pukul enam pagi.
 Sang lelaki terhentak dari lamunan masa lalunya, terdengar suara-suara lembut menyuruhnya sarapan pagi, itu kedua orang tuanya.

Ding..ding..ding..ding..ding..ding..ding..
Bunyi dari jam tua peninggalan almarhum kakek tercintanya.
Tujuh kali bunyi tersebut menandakan jam yang ia tunjuk, ini ternyata sudah pukul tujuh pagi.
Di pukul tujuh pagi ini pula, ia tujuh kali menatap ke arah munculnya mentari. Rupanya yang dirindukan sang malam semakin benderang. Kini cahaya membuat raut wajahnya berseri-berseri. Begitu pula dengan lisannya, ada tujuh ayat dari kitab suci yang dibacanya sebagai pembuka menyambut hari.

Ding..ding..ding..ding..ding..ding..ding..ding..
Bunyi dari jam tua peninggalan almarhum kakek tercintanya.
Tepat pukul delapan pagi.
Sang lelaki bergegas pergi, dengan sebuah janji…
Ia tak akan menyerah mengejar mimpi-mimpinya.

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Jejak