Bunyi
dari jam tua peninggalan almarhum kakek tercintanya.
Tiga
kali bunyi tersebut menandakan jam yang ia tunjuk, ini ternyata sudah pukul
tiga pagi.
Sang
lelaki masih saja belajar dari sahabatnya, ia adalah Malam yang selalu bersabar
menunggu bias cahaya datang padanya.
Ding..ding..ding..ding
Bunyi
dari jam tua peninggalan almarhum kakek tercintanya.
Empat
kali bunyi tersebut menandakan jam yang ia tunjuk, ini ternyata sudah pukul
empat pagi.
Sang
lelaki kini meninggalkan kegiatan belajarnya, dan mengenakan sarung dan peci
untuk memenuhi seruan Tuhannya.
Ding..ding..ding..ding..ding..
Bunyi
dari jam tua peninggalan almarhum kakek tercintanya.
Lima
kali bunyi tersebut menandakan jam yang ia tunjuk, ini ternyata sudah pukul
lima pagi.
Sang lelaki mengusap air mata yang diam-diam ternyata jatuh di kedua pipinya. Rupanya sahabatnya yang lain mengunjunginya, ia adalah Waktu yang mengajaknya kembali ke masa lalu. ada banyak rindu disana, terutama pada mereka yang pernah dijumpai, dicintai, hingga kemudian terpisahkan oleh kata pergi maupun mati.
Sang lelaki mengusap air mata yang diam-diam ternyata jatuh di kedua pipinya. Rupanya sahabatnya yang lain mengunjunginya, ia adalah Waktu yang mengajaknya kembali ke masa lalu. ada banyak rindu disana, terutama pada mereka yang pernah dijumpai, dicintai, hingga kemudian terpisahkan oleh kata pergi maupun mati.
Ding..ding..ding..ding..ding..ding
Bunyi
dari jam tua peninggalan almarhum kakek tercintanya.
Enam
kali bunyi tersebut menandakan jam yang ia tunjuk, ini ternyata sudah pukul enam
pagi.
Sang lelaki terhentak dari lamunan masa lalunya,
terdengar suara-suara lembut menyuruhnya sarapan pagi, itu kedua orang tuanya.
Ding..ding..ding..ding..ding..ding..ding..
Bunyi
dari jam tua peninggalan almarhum kakek tercintanya.
Tujuh
kali bunyi tersebut menandakan jam yang ia tunjuk, ini ternyata sudah pukul
tujuh pagi.
Di
pukul tujuh pagi ini pula, ia tujuh kali menatap ke arah munculnya mentari. Rupanya
yang dirindukan sang malam semakin benderang. Kini cahaya membuat raut wajahnya
berseri-berseri. Begitu pula dengan lisannya, ada tujuh ayat dari kitab suci yang
dibacanya sebagai pembuka menyambut hari.
Ding..ding..ding..ding..ding..ding..ding..ding..
Bunyi
dari jam tua peninggalan almarhum kakek tercintanya.
Tepat pukul delapan pagi.
Sang
lelaki bergegas pergi, dengan sebuah janji…
Ia tak
akan menyerah mengejar mimpi-mimpinya.
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Jejak