Kepada aku sendiri, kamu, dan juga kalian yang barangkali
sering tak percaya diri dan sering ragu untuk berbuat sesuatu. Terlebih jika
dihadapan orang banyak. Aku akan menukil sebuah kalimat dari sebuah kitab (buku)
yang aku baca tadi malam. Bagiku ini luar biasa, sampai aku berpikir dan sibuk
mengantuk pada malam tadi.
Maka janganlah kau
dengar apa yang akan aku kutip ini karena tidak akan menimbulkan bunyi, tapi
bacalah, dengan begitu semoga kau akan paham.
Anak sulungku bertanya lagi meskipun dia sudah ngantuk, “Ayah, aku disuruh guru untuk tampil main biola pada acara sekolah.” Sambil aku pegang rambutnya, aku berkata: “Tampilah, Nak, mudah-mudahan engkau senang.”
Dia memandangku dan mengatakan keluhannya, “Tetapi aku malu, Ayah.” Maka kataku kepadanya, “Sayang, hendaknya bukan engkau yang harus malu.” Dia bertanya, “Siapa yang harus malu, wahai Ayah?” Jawabku, “Penontonlah yang harus malu, sesungguhnya mereka hanya bisa menonton.”
Dia bertanya sekali lagi, “Bagaimana kalau semua penontonnya adalah pemain biola, Ayah?” Aku menjawab, “ Maka hebatlah dirimu, sebab engkau adalah yang sudah mau tampil.”
“Apabila seseorang memiliki suara yang merdu, lalu dia tampil di atas panggung dan bernyanyi, bagiku apa hebatnya apabila hal itu adalah perkara mudah baginya. Dan seseorang yang suaranya tidak terlalu merdu, tetapi dia naik panggung dan menyanyi, bagiku itulah yang hebat, sesungguhnya untuk itu dibutuhkan kekuatan.”
Dia bertanya lagi, “Bagaimana kalau ada jurinya, Ayah?” Aku menjawab, “Dengarlah Anakku, juri boleh menilai kita kalah, tetapi kita bisa merasa menang dengan menilai juri salah.” Mendengar jawabanku itu anakku tertawa dan berkata, “Siap, Ayah!”
dari Kitab Al-Asbun karya @pidibaiq, surat nyamuk, ayat 32-36.
Demikianlah, aku sudah menuliskannya untuk aku dan yang ingin
membaca juga mengambil hikmahnya. Supaya suatu saat jika mungkin lupa aku bisa membacanya kembali. Seandainya
buku Al-Asbun itu bukan punya temanku mungkin tak akan kutulis ini, karna aku
kapan saja bisa membuka buku itu, sayangnya harus segera aku kembalikan. Tapi
dengan begini aku jadi tahu manfaat dari meminjam, salah satunya ialah untuk memaksaku
menulis kembali apa yang ingin aku ingat dari apa yang aku pinjam.
Juga dengan aku menuliskannya maka tak hanya aku yang bisa
kapan saja membacanya kembali, juga kamu dan siapa saja yang bisa membaca dan
memiliki koneksi internet yang cukup.
Selamat berpikir, karena dengan begitu kita bersyukur telah
diberi otak dengan menggunakannya.
Semoga bermanfaat, sejahtera dan selamat dunia akhirat.
Ombilihoom~
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Jejak